Senin, 22 Juni 2009

Dahsyatnya Pikiran

Judul : Lima Aturan Pikiran
Penulis : Mary T. Browne
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Terbit : 2008
Tebal : xi+ 266 halaman
Peresensi : Nurul Maghfiroh*
Cogito ergo sum! Begitu teriak Descartes, filsuf Yunani kuno. Saya berfikir maka saya ada. Kata-kata bijak, filsuf besar ini mengundang beberapa pertanyaan. Di antaranya mengapa manusia harus berpikir? Ada apa dengan pikiran itu?
Menurut Mary T. Browne, pikiran adalah sebuah gambaran yang diarahkan ke angkasa. Pikiran ada getaran. Pikiran adalah gaya dan energi. Pikiran adalah kekuatan kreatif. Pikiran adalah ruh. Ia memiliki warna, bunyi, dan kepadatan. Pikiran itu sungguh hidup. Anda adalah apa yang Anda pikirkan.
Jika demikian adanya, pikiran merupakan titik sentral kehidupan kita. Kita tidak akan dapat hidup tanpa berpikir. Mungkin hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Manusia dibekali oleh Tuhan dengan pikiran dan nurani. Dengannya, manusia dapat membedakan yang haq dan yang batil, berproses, dan menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi.
Kontributor The Secret dalam buku ini, menawarkan lima aturan pokok pikiran yang akan mengantarkan manusia menjadi manusia sejati. Manusia yang mampu menangkap peluang dan memperoleh apa yang diinginkannya. Tidak hanya itu, lima aturan pokok pikiran ini akan mengantarkan manusia mampu menggunakan Daya Ilahi dalam menjalani proses kehidupan.
Lima aturan pokok pikiran ini adalah, pertama, Anda harus menentukan apa yang Anda inginkan. Kedua, lihat hal itu telah terjadi. Ketiga, jangan ragu-ragu. Keempat, Anda harus mempunyai keyakinan. Kelima, ketekunan membawa hasil.
Kelima aturan pokok pikiran ini diuraikan secara apik dalam bab tiga buku ini. Kelima aturan pokok pikiran ini berasal dari hasil refleksi penulis yang tinggal di New York, Amerika Serikat, selama menjadi cenayang profesional selama 20 tahun. Kelebihan lain buku ini adalah diuraikan berdasarkan pengalaman klien Mary T. Browne, sehingga semakin memikat hati.
Buku kecil ini, menjadi enak dibaca karena ditulis dengan bahasa sederhana dan tidak bertele-tele. Buku ini juga cukup sistematis dalam menggambarkan ide-ide besar yang diramu dengan pendekatan psikologi yang cukup memadai.
Namun, buku ini terkesan serius karena di dalamnya tidak disertai dengan ilustrasi atau gambar-gambar yang menghibur. Ilustrasi atau gambar akan semakin memperkaya imajinasi kita dalam memahami sebuah buku. Dengan adanya ilustrasi atau gambar, dapat mengurangi kejenuhan dalam membaca. Dengan bantuan gambar pula, setiap orang mampu (tanpa membedakan umur) dengan sendirinya menangkap pesan dari si penulis.
Pun demikian, buku ini layak Anda baca sebagai referensi dan pemecah kebuntuan berpikir di tengah laju perubahan zaman yang semakin cepat. Pikiran akan mampu mengantarkan Anda menjadi manusia utuh. Hal ini karena, pikiran merupakan titik sentral kehidupan manusia. Tanpa pikiran, manusia hanyalah makhluk lemah yang tak berdaya. Inilah dahsyatnya pikiran, sebagaimana penggambaran yang dinyatakan oleh Descartes.
*) Ibu rumah tangga, tinggal di Sukoharjo, Jawa Tengah.
KORAN PAK OLES/EDISI 177/15-30 JUNI 2009

Rabu, 22 April 2009

" Jurus Ampuh Jadi “Entrepreneur” "




Koran Jakarta, Kamis, 23 April 2009 00:23 WIB


Prinsip The Power of Kepepet sungguh menimbulkan kreativitas. Sejarah membuktikan bangsa-bangsa yang kepepet secara kondisi justru menjadi negara-negara yang kaya dan maju.

Judul : The Power of Kepepet
Penulis : Jaya Setiabudi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Terbit : II, Desember 2008
Tebal : XIV + 129 halaman
Harga :

Jurus Ampuh Jadi “Entrepreneur”

Buku edan! Inilah kesan pertama saya ketika menerima buku ini. The Power of Kepepet judul yang dihadapkan. Semua orang saya yakin pernah mengalami yang dinamakan kepepet. Sebuah kondisi terdesak yang mengguncang hati. Karena kondisi ini, seseorang dapat melakukan apa saja tanpa disadari.
Kepepet yang sudah sering dirasakan oleh setiap manusia, di tangan Jaya Setiabudi, menjadi kekuatan nyata yang dapat mengubah hidup Anda. Dan menurut “Mas J”, sapaan akrabnya, ternyata merupakan jurus tercepat dan terampuh menjadi orang kaya.
Buku ini sangatlah unik. Berbeda dengan buku-buku motivasi lainnya. Buku ini tidak dimulai dengan kata pembukaan, melainkan kata penutup. Tutupnya masa lalu Anda yang suram sebelum membaca buku ini. Jangan berandai-andai Anda pernah membaca buku seperti ini sebelumnya. Jangan juga berharap buku ini seperti yang Anda kira karena isinya tak terduga. Siap-siaplah kecewa setelah membacanya, ”Kenapa tidak dari dulu” (hlm. x).
Buku yang mudah dipahami karena ditulis dengan bahasa tutur yang rapi dan menggugah ini juga didesain secara apik. Desain buku yang disertai dengan gambar menjadikan buku ini renyah untuk dibaca berulang-ulang. Pendek kata, buku ini tidak membosankan untuk dibaca.
Buku setebal 129 halaman ini tepat dibaca oleh siapa saja yang sudah jengah menghadapi persoalan hidup yang melilit. Dengan kekuatan yang telah dimiliki dan merupakan anugerah Tuhan yang alami ini, seseorang akan dipacu untuk berpikir dan lekas bertindak.
Penulis tidak hanya mengajarkan kepada kita betapa seseorang dapat bangkit dengan potensi dirinya sendiri. Namun, mendidik seseorang untuk lekas action. Bahkan, Ippho Santoso, Creative Maketer & Penulis 10 Jurus Terlarang, mempertaruhkan namanya untuk buku ini.
Prinsip The Power of Kepepet sungguh menimbulkan kreativitas. Sejarah membuktikan bangsa-bangsa yang kepepet secara kondisi justru menjadi negara-negara yang kaya dan maju. Justru negara kita yang gemah ripah loh jinawi ini terlena dan tertidur karena dimanjakan oleh kekayaan alam dan subsidi pemerintah. Sampai kita tidak terasa bahwa kekayaan alam Indonesia sudah dikuras habis oleh konglomerasi internasional.
Di tengah semakin menipisnya cadangan sumber daya alam Indonesia, hanya orang-orang yang kreatif yang akan survive menghadapi perubahan, bukan begitu? Kuncinya adalah keyakinan bahwa pasti ada solusi! Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan, “Bagaimana Caranya…?” (hlm, 66).
Selamat membaca buku kecil ini. Namun, perlu diperhatikan peringatan yang ditulis jelas di halaman buku ini. Mempraktikkan isi buku ini melebihi dosis dapat mengakibatkan perceraian, stres, dan penyakit jantung. Baca aturan pakai sebelum mempraktikkannya! Selamat mencoba.

Peresensi adalah Nurul Maghfiroh, Mantan Staf LP2KIS, Yogyakarta

Kamis, 05 Februari 2009

Kesenjangan Guru PNS dan Swasta

06 Februari 2009
GAGASAN, Suara Merdeka

Menanggapi tulisan Benni Setiawan (pemerhati pendidikan, penulis buku ”Manifesto Pendidikan di Indonesia” dan ”Agenda Pendidikan Nasional” SM tgl 20 Oktober 2008, dengan judul ”Guru Swasta Juga Manusia”, mudah-mudahan tulisan saya ini belum terlambat.

Para guru swasta tentu saja berterima kasih karena ada yang memperhatikan keberadaan serta penghasilan mereka. Guru swasta sering disebut sebagai guru Non-PNS atau Guru Tidak Tetap (GTT), serta guru honorer di sekolah swasta.

Benar apa yang ditulis Benni Setiawan bahwa dengan kenaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam bidang pendidikan hingga 20 % seperti yang diamanatkan UUD 19454 Pasal 31 (ayat 4 : Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari APBN serta APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional ) ternyata tidak membuat guru swasta / non-PNS sejahtera.

Bahkan sampai saat ini para guru swasta belum tersentuh oleh kebijakan apa pun yang berhubungan dengan guru ataupun pendidikan. Meski tugasnya sama dengan guru-guru lain dengan status apa pun. Apalagi dengan adanya rencana kenaikan gaji bagi PNS dan PNS guru, semakin dalamlah kesenjangan pendapatan mereka.

Banyak dari mereka yang kini gajinya masih di bawah UMR di daerahnya. Gaji mereka tergantung keadaan sekolah tempat mereka bertugas, ditambah dengan tunjangan fungsional dari pemerintah Rp 200.000 yang diterimakan 3 bulan sekali.

Meski banyak dari mereka yang sudah mengajar lebih dari 15 tahun dengan usia di atas 40 tahun. Jika ada seleksi CPNS secara umum, mereka ini jelas sudah tidak dapat ikut mendaftar karena sudah tidak memenuhi syarat usia / sudah terlalu tua.

Dengan gelar sarjana dari perguruan tinggi pencetak guru, yaitu IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) atau juga FKIP ( Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ), sesungguhnya melihat bahwa mereka saat memasuki kuliah mendatarkan memang ingin menjadi guru. Walaupun kenyataannya sekarang banyak guru berasal dari perguruan tinggi nonkependidikan yang kemudian mengambil AKTA IV untuk dapat menjadi guru dan banyak juga yang sudah berstatus PNS.

Yang sedikit menggembirakan, banyak dari guru swasta yang ikut sertifikasi guru karena telah memenuhi syarat. Hanya menurut berita terbaru, guru swasta yang sudah lulus sertifikasi (menjadi guru profesi ) sampai sekarang tunjangan profesinya belum turun karena harus menunggu penyesuaian gaji dengan guru PNS.

Yang lebih memprihatinkan lagi, ketika datang tahun ajaran baru dan akan menyekolahkan putra-putrinya ke jenjang yang lebih tinggi, banyak dari mereka yang harus memutar otak berkali-kali agar mendapat dana menyekolahkan buah hatinya. Bingung adalah kata yang paling tepat sebagai sahabat mereka.

Meskipun begitu, banyak juga warga masyarakat yang tidak mengerti status mereka, apakah guru PNS, guru bantu, guru honorer, atau guru swasta. Yang mereka tahu hanyalah pak guru atau bu guru saja. Jadi ketika diberitakan akan adanya kenaikan gaji bagi guru, maka banyak warga masyarakat yang mengira mereka (para guru swasta) juga termasuk di dalamnya.

Dra Susilowati
Jl Jaya Serayu No 46 Banyumas